Dok. ist
Saat lahir, Aolani terlihat memiliki alat kelamin perempuan dan dokter pun mengkonfirmasi bahwa bayi itu perempuan. Mendengar perkataan dokter, ibunya Emma Sohrabia (35) mengabarkan kabar gembira tersebut kepada keluarga dan teman-temannya. Ia juga telah membeli banyak pakaian bayi berwarna pink. Namun, dokter mulai meragukan jenis kelamin Aolani dan meminta Emma untuk menjalani tes lanjutan.
Dokter menjelaskan Aolani menunjukkan tanda-tanda seperti memiliki kondisi genetik langka yang disebut Hiperplasia Adrenal Kongenital (HAK). Kelainan HAK merupakan gangguan genetik yang menyebabkan bayi berjenis kelamin perempuan, namun mengalami perkembangan organ genetalia abnormal serta memiliki ciri-ciri seperti lelaki.
Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui. Namun kondisi seperti ini dideteksi berhubungan dengan usia kehamilan dini, jarak kelahiran dengan anak sebelumnya, abortus, dan ibu yang merokok saat sedang mengandung, serta mutasi genetik yang biasanya diwariskan dari kedua orang tuanya.
Kondisi seperti ini hanya terjadi kepada satu dari 15.000 kelahiran dan hingga saat ini belum ada obatnya. Hal tersebut tentu dapat mengancam jiwa si bayi karena penderita tidak memiliki enzim yang diperlukan untuk membuat hormon kortisol dan aldosteron, yaitu hormon yang berhubungan dengan hati, yang memiliki efek metabolik terhadap beragam organ dan jaringan tubuh, termasuk sistem kardiovaskular dan sistem saraf pusat.
Saat mengandung, Emma menderita plasenta previa, komplikasi di mana plasenta tumbuh di bagian terendah dari rahim, dan dokter harus melakukan tindakan caesar darurat. Jantung Aolani sempat berhenti berdetak dan harus diresusitasi saat dilahirkan, sementara Emma juga kehilangan 14 liter darah dan membutuhkan transfusi. Aolani yang terlahir dengan berat 900 gram terpaksa harus menjalani perawatan intensif selama 3 bulan. Saat ini Aolani sudah berusia 14 bulan, dan menjadi bayi kecil yang cantik.