Dok. Thinkstock
Jakarta - Creambath sudah menjadi kebutuhan tersendiri bagi sebagian wanita. Betapa tidak, dengan creambath rambut menjadi lebih halus dan membuat wanita semakin rileks. Creambath memang hanya ada di Indonesia. Penciptanya merupakan pemilik salon terkemuka yang telah mempunyai cabang di berbagai kota, ia adalah Rudy Hadisuwarno.
Saat ditemui wolipop di kantornya, Rudy berbagi cerita mengenai asal mulanya creambath. Pria yang sudah memiliki salon sejak tahun 1968 ini melihat bahwa rambut pelanggannya banyak yang kering karena terlalu sering dikeriting, blow, atau cat.
Saat itu, perawatan rambut yang ada hanya dengan minyak, seperti minyak cem-ceman atau urang aring. Dulu minyak dianggap sangat baik untuk kesuburan rambut. Namun ketika melakukan perawatan dengan minyak, rambut tidak bisa diblow karena minyak membuat rambut lepek.
"Ya itulah yang terjadi sehingga saya berpikir rambut ini kalau nggak dirawat gimana, waktu itu belum dikenal conditioner, baru ada shampo. Akhirnya saya cari formula untuk perawatan rambut yang bisa seperti minyak," cerita Rudy kepada wolipop di kantornya, Jalan Kesehatan Raya No. 36, Petojo Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (9/4/2013).
Formula itu berasal dari krim rambut yang dulu ada untuk pria. Hanya saja diperbarui dengan bahan-bahan yang alami melalui proses teknologi. Krimnya bisa memberikan kelembaban pada rambut kering tetapi jika dibilas dengan air akan hilang sehingga tidak lengket di kepala seperti minyak. Awal mulanya, creambath tidak memiliki berbagai macam jenis seperti sekarang ini.
"Dulu cuma satu macam saja warna putih dengan parfume yang bisa dipakai laki-laki atau perempuan. Jadi sangat sederhana, isinya ada protein dari kedelai, beberapa vitamin dimasukkan ke dalam (krim)," jelas pria lulusan sekolah-sekolah tata rambut terkemuka di Tokyo, Paris, London, dan San Fransisco.
Setelah krim berhasil diciptakan, Rudy kemudian membuat ritualnya yang sampai sekarang ini dinikmati oleh para wanita, yaitu pijatan saat creambath. Ia mengatakan, pijatan itu tidak boleh asal-asalan harus dilatih terlebih dahulu agar tidak membuat efek samping nantinya. Setelah dipijat, rambut ditutupi dengan handuk yang telah disiram air panas kemudian dibungkus dengan plastik atau shower cap.
Pria 63 tahun yang mengelola lebih dari 100 franchise salonnya ini pun mengaku sempat bingung saat mencari nama untuk perawatan rambut tersebut. "Tahun '74 itu tiba-tiba booming orang-orang datang ke salon untuk creambath, nama pun saya bingung apa ya, ya sudah tiba-tiba creambath deh mandi dengan krim. Kalau cream shampoo kan aneh, apa ya akhirnya creambath saja gitu," ucap Rudy sambil tersenyum mengingat masa lalu.
Berbicara soal harga tentu sangat berbeda untuk perawatan yang dulu dengan saat ini. Selain krimnya sudah dimodifikasi menjadi berbagai macam rasa, kini ritual creambath memakai steamer sebagai pengganti handuk panas. Saat ditanyakan berapa wanita harus membayar dulu saat mau creambath, Rudy hanya terkekeh dan berkata, "Dulu creambath harganya cuma Rp 1.500."