Seorang mantan pelayan restoran Hooters mengajukan gugatan hukum terhadap bekas tempat kerjanya itu, karena menurutnya dia diperlakukan tidak adil setelah menjalani operasi otak.
Seperti dilaporkan ABC News, Sandra Lupo (27) adalah pekerja restoran Hooters di negara bagian Missouri. Dia bekerja di sana sejak April 2005. Tahun lalu, dia berhenti sementara untuk menjalani operasi pengangkatan tumor otak. Akibat operasi, kepala Lupo pun botak dan terdapat bekas luka.
Waktu itu, atasan Lupo bersikap suportif dan datang menjenguk ke rumah sakit. Dia bilang, bila sudah sehat, Lupo dapat kembali bekerja dan mengenakan “chemo cap” — alias topi yang biasa digunakan penderita kanker yang botak karena kemoterapi. Manajer bilang, topi ini dapat menyembunyikan kebotakan dan bekas luka di kepala Lupo.
Pada 16 Juli 2012, dokter mengizinkan Lupo kembali bekerja sebagai pelayan restoran.
Tetapi ketika Lupo bersiap-siap kembali bekerja, seorang manajer regional Hooters dilaporkan mengatakan, Lupo harus memakai wig untuk menutupi kepalanya. Lupo pada awalnya mematuhi perintah manajer regional itu. Dia meminjam wig kepada temannya. Tetapi ternyata pemakaian wig menimbulkan rasa sakit di badan Lupo, akibat operasi dan luka yang sedang dalam penyembuhan.
Setelah itu, jam kerja Lupo pun dikurangi secara drastis hingga dia terpaksa berhenti kerja — dan menyebabkan dia kehilangan pesangon, demikian tertera di gugatan hukum. Dalam pengaduannya ke Komisi Hak Asasi Manusia di Missouri, Lupo mengatakan dia merasa para pelanggan restoran tidak pernah terganggu oleh penampilannya itu. “Para pelanggan tidak terganggu, bahkan mereka penasaran dengan bekas lukaku yang terlihat jelas.”
Pihak Hooters sejauh ini telah mengajukan mosi/permintaan kepada hakim agar gugatan hukum itu dibatalkan.